Dulu, pas masih SD, Rachma inget banget pas lagi pelajaran bahasa Indonesia, ada peribahasa kurang lebih "jangan sampai kaya kacang lupa kulitnya". Waktu itu Rachma tanya sama ortu Rachma dan mereka ngejelasin "jadi orang itu harus tau diri, jangan melupakan orang-orang yang berjasa dalam kehidupannya". Nah, si frase "tau diri" itu lah yang selalu Rachma pegang .
Dalam kegiatan-kegiatan tertentu, Mama atau Papa Rachma biasanya suka bilang: "nanti kalau kamu udah gede, harus bisa ngasi ke masyarakat lebih banyak dari yang sekarang Papa/Mama kasih". Secara Rachma ini anak yang penurut, rajin menabung, dan sayang pada orang tua (heheheh, PPKn banget )... setiap kali dibilangin gitu, Rachma resapi dalam hati dan Rachma niatkan itu harus direalisasikan... walopun waktu itu gak tau juga caranya gimana, cuman iya iya ajah .
Semakin ke sini, dengan bertambahnya umur ... semakin Rachma menyadari bahwa orang-orang yang pernah bersinggungan, datang ataupun pergi dari kehidupan Rachma, orang baik maupun orang kurang baik, mereka semua berjasa mengantarkan Rachma sampai pada kehidupan saat ini. Semuanya berjasa dalam pendewasaan diri Rachma, dalam pembentukan karakter, jati diri, filosofi, bahkan gaya hidup. Tentunya, apa pun yang akhirnya Rachma putuskan sebagai "personal branding" diri Rachma, itu adalah tanggung jawab Rachma sendiri. Dan cara Rachma berterima kasih pada masyarakat pun, itu akan jadi pilihan/keputusan dari diri Rachma sendiri. Lagipula, kedewasaan dan tumbuhnya tanggung jawab hidup itu tidak bergantung umur. Dan tentunya Rachma tidak perlu menunggu umur mencapai kepala 3 atau 4 untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Dan... ehm, secara ini postingannya agak-agak ... ummm, mungkin akan membosankan bagi beberapa orang, jadi Rachma kasi reminder dari awal ya: read at your own risk (termasuk resiko 'haru biru', hihihihih ).
Salah satu hal yang Rachma yakini adalah tiap orang terlahir dengan perannya masing-masing. Misal, dalam kepala Rachma ... seorang laki-laki terlahir berperan "mengubah dunia", mengerjakan hal-hal keren untuk kesejahteraan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Perempuan... umm... berperan menyebarkan "kasih sayang" (ahahahah, lebay surabay gini emang imaginasi Rachma tentang peran manusia ). Rachma selalu mikir bahwa gender laki-laki identik dengan tipe superior, karena terlahir dengan perannya sebagai pemimpin bagi kaum wanita. Jadi Rachma berasumsi, laki-laki itu harusnya prestatif, karismatik, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Namun pada kenyataannya, orang-orang hebat bin keren yang berdedikasi itu jumlahnya sangaaaaat sedikit (udah mirip makhluk langka yang perlu pelestarian, heheheh ). Dan daripada tetap berpegang bahwa yang selayaknya jadi pemimpin keren gitu adalah laki-laki, jadinya Rachma ngambil langkah inisiatif aja deh, anggap aja peran Rachma di dunia ini juga salah satunya adalah jadi orang keren (hahahah, tetep we narsis ). Untuk merealisasikan program "orang keren" ini, Rachma nyari inspirasi ini itu, nyusun rencana ini itu, ngatur ini itu. Dan... hmm... ternyata cape... cape hati dan cape tenaga ... pantesan aja jumlah orang keren itu terbatas ... . Makin salut aja Rachma sama orang-orang keren, heheh. Eh, sebagai disclaimer, keren itu relatif yak, barangkali ada yang keberatan dengan kata itu.
Eniwei, mari berhenti nge-junk. Platform yang akan Rachma susun untuk pengembangan masyarakat ini rencananya akan lebih difokuskan pada anak-anak (maksimal setara SMP). Rachma menamainya "village center", karena kurang lebih idenya memang ingin memusatkan kegiatan anak-anak. Kalopun berkembang ke yang lebih besar, organisasinya bersifat yayasan nonprofit. Rencananya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Rachma sempat berencana bikin TK sendiri, idenya bukan untuk ngajarin yang gimana-gimana gitu, tapi lebih ke platform TK-nya Belanda: main... main... main... dan main... I guess the kids will be happy with that idea . Pas Rachma cerita tentang rencana ini, Papa Rachma komentar "di RW kita ini udah ada faúd" (eh, bener gak ya nulisnya gitu?), "jadi harus ditanyain dulu ke Depdiknas, boleh gak di satu RW ada dua TK", dan kayanya emang gak boleh sih. Jadi, Rachma banting setir aja ke opsi lain, yaitu "bikin taman bermain-nya TK". Hehehe, dasar Rachma orangnya seneng main, jadi fokusnya main we terus, hihihih. Kalo secara struktural, rencananya pengen mendirikan:
- Taman bacaan
Dulu pas masih kecil, Rachma suka banget baca buku cerita. Kebetulan waktu itu buku-buku dari Diknas untuk perpus sekolahannya Papa mampir dulu di rumah, jadi Rachma bisa baca-baca bukunya dulu. Terus, pas di Belanda ini, kalo masuk toko anak-anak,,, huaaaaahhhhh betah deh pokoknya, suasananya pinky-pinky... terus banyak pernak pernik lucu, banyak miniatur mobil atau robot lucu-lucu, terus buku bacaannya gambar-gambarnya lucu, ada musiknya,,, ah, pokoknya Rachma sukaaaaaaaa banget liatnya (walo suka dibecandaain ama temen sih, saking terlalu sukanya Rachma sama mainan yang ditujukan buat anak-anak ). Berhubung Rachma harus inget umur (sudah 25, lagi ngambil PhD pula), jadi hobi tentang ini Rachma salurkan (atau samarkan? ) buat yang lebih manfaat ajah, heheheh.
Secara psikologi pun, kemampuan anak kecil akan lebih berkembang kalo ditunjang fasilitas yang baik. Dan tentu sajah, tidak semua anak-anak terlahir dalam keluarga berada yang bisa beli mainan ini itu atau bacaan ini itu untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik, sensorik, maupun psikis anak. Jadi,,, karena Rachma sukanya gratisan, rencananya si taman bacaan ini juga akan gratisan . Atau nggak ya? Ah, ntah lah... mikir nanti lagi aja gratis nggaknya. Rencananya, selain isinya buku, akan ada pula video interaktif (Rachma suka banget loh nonton video-video anak semacam Dora, Barbie apalagi... suka banget ). Dan Rachma pikir, esensi videonya juga bagus. Terus pengen juga nyediain fasilitas ensiklopedia, kayanya seru tuh. Umm... atau Rachma nyediain komputer juga kali ya... hmm... we'll see what can fit the budget .
- Taman bermain
Yang Rachma maksud itu yang kaya gini:
Si taman bermain ini kalo jadi dibikin, tentunya gratis, soalnya gak perlu biaya maintanance yang gimana-gimana kan ya.
- Dana eksternal
Rachma menyebut bagian ini sebagai tabungan akhirat (nyadar diri maksudnya, jangan mikirin tas lucu mulu, hehehe). Beberapa sudah terlaksana, da emang lebih feasible juga sih. Programnya akan berkaitan misal (tentunya dalam kapasitas yang bisa Rachma biayai):
* membantu pembangunan sekolah: perpus, mushola, dan sejenisnya
* memberi bantuan fasilitas untuk orang-orang tertentu di sekolah, misal ngasi baju batik, baju seragam, buku, atau perlengkapan sekolah
* membantu pembangunan mesjid dan madrasah: dana perbaikan bangunan, karpet, penyediaan Al-Qur'an untuk umum, kitab kuning, dsb
* beasiswa personal untuk yang membutuhkan
* paket lebaran untuk orang-orang tertentu
2. Olah raga
Satu hal yang Rachma amati dari penduduk Belanda adalah gemarnya mereka berolah raga. Lagian, emang difasilitasi juga sih, jadi enak. Kalo Rachma mah, mau difasilitasi juga da gak seneng olah raga, tetep we jadinya gak suka ke gym, hihih. Tapi kalo mikirin generasi muda (ceileh, berasa tua banget gini... ), kayanya kalo dibiasain dari kecil... olah raga bisa jadi hobi (secara Rachma ngerasa kalo olah raga itu adalah beban, hihihih). Rencananya ini modelnya indoor, mencakup lapangan futsal, lapangan basket, badminton, dan nyediain buat tenis meja juga.
3. Seni dan Budaya
Supaya village center ini berjalan, rencananya akan bekerja sama ma sekolahan. Rachma pikir, sekolah tentunya perlu sport center buat olah raga yang bener-bener olah raga, perlu tempat buat belajar seni yang beneran seni. And kids simply need a cozy place to have fun while developing their precious brain. Dan untuk merealisasikan proyek ini, tentunya Rachma harus punya tanah yang luas . Jadi ceritanya, Rachma lagi mengais uang demi punya beberapa petak tanah, kekekek . Rachma gak tau juga sih, ini akan selse berapa lama ya... 10 tahun? 20 tahun? Atau 40 tahun mungkin? Hmm... only God knows. Yang jelas mah Rachma lakukan dulu apa yang bisa Rachma lakukan.
Sekian dulu chit chat kali ini.
I tend to pay less attention to what people say,
and pay more attention to what people do.
So... honey-sweety-bunny,
since you are a cool person,
what have you done with your life?