Sunday, 29 November 2009

Eye candy

Saatnya cuci mata kala wikeeen mrgreen. Ceritanya, beberapa hari yang lalu Rachma dapet berita dari jamesallen kalo mereka udah meng-enhance tampilan 3D nya. Pas surfing websitenya... cuman bisa ber-wow-wow ria, takjub liat yang sparkling, hihihi. Walo kondisi keuangan lagi strict, jadilah kepikiran buat beli cincin baru, hueheheh, pembelaannya sih karena cincin yang biasa Rachma pakai,,, batunya ilang satu untuk kedua kalinya. Belum dibenerin, dan mungkin karena terbiasa ada benda melingkar di jari,,, somehow I miss it. So...so... jadilah Rachma mantengin tuh web, aduh walo cuman browsing-browsing aja, gak bosen Rachma, seger liatnya mrgreen. Jadi inget kalo temen cowok Rachma cerita: "liat yang mencrang mah gak bosen-bosen", which is of course kata mencrang di situ me-refer ke cewek. Nah, Rachma suka juga liat yang mencrang, tapi ini mah refer ke batu. Seperti kata pepatah, it's okay to throw rock to a lady, as long as it sparkles... hueheheheh razz.


Kalo bicara tentang online shopping buat diamond, ada dua web yang reputasinya bagus: jamesallen, dan bluenile. Rachma lebih suka browsing jamesallen karena webnya lucuuuuuu mrgreen (juga karena ada koleksi "heart and arrow" nya), kalo web bluenile tuh plain banget, udah mah rieut liat harganya, ini ditambah webnya gak menarik, ruwet jadinya. Dan mumpung di Belanda juga, jadi gak ada masalah ama shipping. Temen Rachma sih cenderung kurang setuju ama ide kaya gini, dibilangin: "Rachma buat apa beli itu? Sayang uangnya. Yang kaya gitu mah nanti aja minta dibeliin suami". Hayah, punya suaminya juga kapan, kelamaan ah,,, beli sendiri ajah, heheheh mrgreen. Dan pas lagi browsing pun jadinya Rachma fokusin ke model solitaire, dengan filosofi karena masih single (padahal mah pengen ngirit di logam dan fokus di batunya, hihihi). Untuk model solitaire, kalo niat mau pake yang outstanding, ya minimal 1 karat berliannya, berarti budget minimal 6000 dolar untuk berlian kualitas baik. Walaupun si berlian satu karat itu blink-blinknya lucu banget, Rachma tentunya masih berpikir logis untuk tidak menghabiskan uang 6000 dolar demi sebongkah batu berbahan karbon (bisa perang dunia ama Mama razz). Jadi pilihannya dua, 1000 dolar mengacu ke free shippingnya jamesallen, atau 1000 euro mengacu jatah CC. Ah, tak lupa memperhitungkan pajak 19%.

1. Pilihan safe: model (setengah) eternity [link], yang setelah dibandingkan ini itu, dengan rentang harga yang sama jauh lebih ok dibanding model sejenis yang ditawarkan bluenile.


Alasannya:
- warna F-G, G bisa dikatakan batas minimal berlian gak berwarna, apalagi ini ada yang F-nya
- claritynya VS2-SI1, yang kalo beruntung bisa dapet berlian yang inklusinya gak keliatan ama mata
- jumlahnya 17, ganjil (hahah, teu penting razz)
- bagian penting: harganya murah meriah,,, 630 dolar untuk emas putih 18 K dan 850 dolar untuk platina.

2. Budget 1000 dolar

- Model cincin solitaire [link], murah meriah 340 dolar untuk emas putih 18 K, dan six prongs-nya mestinya menahan berlian lebih kuat (gak rela kan kalo tuh 'gorgeous rock' lepas, hihihihi)


Nah, sekarang tinggal milih berlian tengahnya. Berhubung budgetnya cuman 1000-340=660 dolar, jadilah ada dua berlian yang Rachma tandai:
- pilihan 1: karat 0.34 [link], dengan pertimbangan:
* harga 640 dolar, bisa dapet diskon pricescope untuk loose diamond (30 dolar)
* cutnya heart and arrow, memungkinkan semua cahaya masuk dipantulkan (hampir) sempurna
* warnanya G, batas aman gak berwarna
* claritynya VS1, mayan lah untuk budget segitu
* dilihat dari gambar idealscopenya: panahnya simetris, warna merahnya rata, walo ada yang pinky-pinkynya dikit. Warna yang agak pink itu katanya nunjukkin kalo di daerah itu sinar tidak dipantulkan sempurna, alias fire-sparkle di daerah itu nggak lucu.


*dilihat dari gambar heartnya, relatif bersih dari inklusi, jadi Rachma simpulkan tuh berlian VS1 nya termasuk eye-clean, mungkin keliatan ada inklusi kalo pake loop khusus. Lagian siapa juga yang niat ngecek inklusi pas berliannya dipake. Kalo udah sparkle-sparkle mah, ya lucu ajeh,,, heheheh. Menu virtual loupe nya membantu inspeksi lebih lanjut.

- pilihan 2: karat 0.42 [link]. Alasan utamanya karena karatnya lebih besar (walo gak signifikan razz). Tentu ada kriteria yang dikurangi di sini, yaitu warna H (deket-deket colorless, orang juga gak akan terlalu ngeh itu ada warna dikit, hihih), clarity S1 (ini riskan, tapi dari idealscope ama gambar heartnya sih mestinya termasuk eye clean juga).


Untuk yang suka sidestone, ada model yang murah meriah juga [link], 490 dolar untuk emas putih 18 K.


Hohoho, Rachma nulis ini udah mirip sales,,, tapi asli da, liat tuh benda ber-sparkle ria tuh bikin seger mata ... hehehe.


Eye candy selanjutnya adalah... lukisan! mrgreen. Hari ini salah satu lukisan cat minyak yang Rachma order udah nyampe (order tanpa frame). Lukisannya abstrak modern, 3 biji, yang kalo digabung hampir seukuran kasur Rachma, hehe. Pas nerima ini, jadi inget jaman smp main-main ama cat minyak dan kanvas. Terus Rachma jadi kepikiran buat bikin painting sendiri buat ngedekor rumah, kan kalo abstrak mah bisa beneran sesuka hati ngelukisnya,,,, hihihihi. Rachma lagi nunggu 3 lukisan lagi ... menang bidding harganya murah,,, ceneeenggg....




Lukisan lain yang Rachma kagumi di antaranya karya Don Li-Leger, the paintings are just wonderful. Eye candy lah pokoknya. Sebagai contoh, dari edisi nine patch, if you just hang these paintings on the wall,,, they will give beautiful touch to your room.




Well, enough for the eye candy chit chat. Have a great day, everybody. No matter what people say,,, you are always kewl,,, so don't forget to smile,,,

*giving you my best wink, heheh*

Tuesday, 17 November 2009

Faculty of soul

Yoyoyo, post setelah terbebas dari group meeting! Hihihi, kalo udah lewat meeting itu tuh jiwa terasa tenang-aman-damai-sentosa, paling ntar lieur lagi kalo dah deket-deket jadwal meeting lagi, heheheh. Kali ini, sesuai judulnya, Rachma akan memperkenalkan rubrik baru (huehehehe, pake kata 'rubrik' biar rada keren mrgreen): "faculty of soul". Bisa ditebak dari artinya, rubrik ini Rachma khususkan untuk bahas-bahas masalah kejiwaan (Rachma pengen ketawa sendiri pas nulis kata 'kejiwaan' razz). Maksud dibuatnya rubrik baru ini, biar Rachma gak terlalu banyak nyampah di blog, hihihihi, jadi ada slot buat seriusan gituwh. Walo gak tau juga sih, ntar kalo pas ngetiknya mah curiga bakal banyak acara nge-junk juga biggrin. Yah pokoknya isi blog tanggung jawab pembaca lah ya... mrgreen.


Sebagai bekgron, Rachma mulai menyukai ilmu psikologi dari jaman SD. Saat itu karena di rumah banyak bertebaran buku psikologi pendidikan punya Papa dan Mama. Rachma waktu itu termasuk orang yang bacaannya gak pake pilih-pilih, dari yang ringan ampe yang berat dibaca juga. Eh tapi, Rachma mah gak sempet tuh jadi pelanggan Bobo. Jadi kalo temen-temen bercerita tentang masa kecilnya dan membahas Bobo, si sayah ini teh suka bingung sendiri... "emang Bobo tuh rame dibaca ya? Perasaan itu bacaannya anak kecil banget" (wehehehe, sok-sok dewasa razz). Dan kalo ada orang yang bilang kalo melewati Bobo identik dengan masa kecil kurang bahagia.... ah, Anda salah! Masa kecil sayah mah amat sangat bahagia. Walo bacaannya udah nyampe psikologi, ilmu fiqih dan sejenisnya, Rachma tidak merasa kehilangan keceriaan masa kecil. Eniwei, ketertarikan tentang psikologi itu berlanjut hingga sekarang. Jadi mungkin ada baiknya kalo hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan jiwa itu Rachma share secara khusus.


Sebagai informasi juga, walopun Rachma seneng baca,,, hmm, disebut seneng banget juga nggak sih, hihihihi. Jadi kalo ada yang bilang baca text book itu membosankan, Rachma sangat setuju! Hahahah... lebih rame baca komik ato novel razz. Eh, tadi tuh Rachma mu bilang kalo Rachma gak suka ama yang namanya training dan sejenisnya. Kan banyak tuh kalo yang nyangkut-nyangkut pengelolaan jiwa tuh suka kedengeran gaung ESQ. Nah, Rachma mah kurang suka acara kaya gitu. Karena... ummm,,,, simply boring.... heheh, maaf, itu pendapat pribadi Rachma, no offense buat yang seneng acara-acara kaya gitu.


Sebagai permulaan, Rachma gak akan bahas secara detail, cuman general aja... dimulai dengan topik yang agak-agak feminis: hakikat perempuan. Mengenai hal ini, Papa Rachma bilang: jangan menggantungkan hidup pada laki-laki, ntah itu dari sisi emosional maupun finansial. Seorang perempuan harus bisa berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip ini agak klise dan sangat ringan untuk diucapkan, tapi tidak pada pelaksanaannya. Tapi mungkin di situlah letak pendidikan hidup bagi seorang perempuan di mana pun ia berada.


Dogma yang berlaku di dunia timur tentunya sangat jelas menggariskan bahwa perempuan itu harus nurut ini itu, bahwa derajat laki-laki itu lebih tinggi, bla... bla... bla. Dampak baiknya tentu saja ketika seorang perempuan memahami kodratnya, tau bagaimana bersikap dan membawa diri. Dampak kurang baiknya ketika tertanam satu prinsip di kepala seorang laki-laki: perempuan tidak boleh lebih unggul. Rachma kurang tau apakah itu simpel berkaitan dengan budaya, atau memang telah bercampur dengan ego. Lagian, di sini kan Rachma mu bahas bagian perempuannya saja. Jadi tenang aja, bagian ego cowoknya gak akan Rachma hakimi, hihihihi. Kadang lucu sebenernya, jadi dari yang Rachma amati, setiap cowok itu punya push botton ego yang berbeda-beda. Dan ketika push botton itu di-on-kan, egonya terusik, maka suatu hal amazing terjadi, ngadak-ngadak ke-cool-an sang cowok hilang serta merta. And I find it very funny, refreshing, in some interesting way. Well, you know I am a scientist, so once I know a person, I keep in mind all the details, behavior, and gestures of the person. I observe, I learn, I predict, I conclude, I adapt. It's just like gathering all the data from some experiments and conclude something from it. Maybe it's preliminary conclusion, but it's important.


Satu hal yang penting dari mengelola jiwa adalah keberterimaan terhadap diri sendiri. Kalo di dunia perempuan mungkin lebih spesifiknya menyangkut kata sifat: cantik, menarik, dan sejenisnya. Ini berkaitan erat tentunya dengan rasa percaya diri. Di sini ada doktrin yang agak lebay tapi penting, "Ladies, each of you are a beautiful princess, full of charm and happines. So, act like one". Rachma lupa sih pertama denger ini tuh di mana, tapi ... lebay emang, heuheuheuh. Yang jelas mah, sebelum siapa pun, seorang perempuan harus menghormati dan menghargai dirinya sendiri. Dan seperti biasa, penerapan prinsip ini tidak mudah. Misal, dari pengalaman sendiri aja, alkisah... (uhuk..uhuk... ngadongeng heula razz), Rachma pernah deket dengan seseorang (ehm... wajib anonim ini, wajib samar juga ceritanya razz). Sebagai seseorang yang tumbuh dalam adat timur, tentu saja si sayah teh nyadar diri untuk menghormati laki-laki, mengedepankan pendapatnya, juga menghargai egonya. Yang kalo dipikir-pikir Rachma teh suka amazed, ngapain juga gitu ya Rachma cape-cape mentingin perasaan orang,,, sodara bukan, suami bukan. Cinta memang buta... Hahahah... Ups! razz. Tau dong kalo Rachma teh orangnya keras kepala, otak dipenuhi dengan berbagai ilmu (pembelaan maksutnyah mrgreen), siap dengan segala argumen ini itu. Tapi dasar cinta ... (weheheheh, ih Rachma ngadak-ngadak ngerasa aneh nulis ini, tapi da mau sharing makna kisahnya mrgreen)... pokoknya saat itu Rachma dapet kekuatan untuk... umm... you know... selalu mengalah. Singkat cerita, intinya mah selalu mengalah teh gak sehat we lah. Sangat tidak bagus bagi kesehatan jiwa. Saat itupun Rachma menyadari bahwa kondisi itu tidak baik bagi Rachma, tapi ntah kenapa, susah buat keluarnya. Udah jelas eta teh pembunuhan karakter, dan Rachma pun ngerasa potensi Rachma tuh gak berkembang kalo deket ama orang itu, terintimidasi we lah pokoknya, tapi tetep we susah buat lepas, aneh. Waktu itu, taqdirlah yang akhirnya memaksa Rachma untuk keluar dari kondisi tidak sehat itu. Saat itu Rachma ngerasa sedih (itu patah hati ceritanya razz), tapi di sisi lain ngerasa legaaaaa (ya iya lah, itu mah serasa bebas dari penjara, hueheheh). Akhir-akhir ini, Rachma ketahui bahwa itu adalah gelagat "korban kekerasan emosional". Ck,,,ck,,,ck,,, padahal Rachma teh sering bergulat dengan psikologi, tapi pas kecemplung ama satu kasus mah, jadi seperti blank begitu. Makanya itu mah alhamdulillah banget. Pokoknya Rachma sekarang mah berhenti mempertanyakan taqdir, disyukuri saja. Tidak ada yang sia-sia dari tiap episode hidup, segimana pun efek gak enak hatinya. Paling nggak, ya,,, bikin Rachma lebih waspada lah, lebih aware. Jadi, Rachma pun berjanji pada diri sendiri, bahwa hakikat perempuan itu....

- senantiasa riang-gembira-bahagia.... huhuy! mrgreen. Jadi perlu diingat bahwa kehadiran perempuan itu pada dasarnya menenangkan jiwa, betul gak para cowok? Hihihihi. Jadi weh Rachma mikir, gimana cara mau menenangkan jiwa suami kalo sendirinya hidupnya suram gundah gulana (ahahahah lebay razz). Perubahan paradigma ini kerasa banget loh di Rachma. Yang asalnya Rachma terkena sindrom "Cinderella complex" yang berharap suatu saat sang pangeran akan datang membawa sinar menerangi hidup, sekarang mah jadi stop! Tidak boleh berharap seperti itu. Ingat, memberi lebih baik daripada menerima. Jadi, mendingan menikmati hidup dan bahagia, kalo ada yang kurang-kurang ya... dicari solusinya sendiri. Jadi, pada saat bertemu dengan sang suami tuh, jiwa Rachma dalam keadaan sehat, tidak berharap orang itu akan mengisi kekosongan hidup Rachma, melainkan Rachma akan men-share my happy and fulfilled life.

-
Tetap feminin serta senantiasa percaya diri, juga menghormati dan menghargai diri sendiri. Jadi cewek tuh ya harus punya bargaining power gitu, dan sebelum men-demand orang lain menghormati kita, tentunya kita harus menghormati diri sendiri. Dan ingat, nobody can make you feel inferior without your consent. Jadi kalo emang kita gak ngizinin orang lain bikin kita sedih, segimanapun orang itu nyakitin, ya kita mah lempeng we... tetap senang bahagia. Oya, ada salah satu doktrin yang kalo Rachma inget tuh selalu aja pengen ketawa: jadi cewek tuh ya harus feminin, elegan, sampai marah pun harus tetep elegan. Pengen ketawa karena... marah pun harus elegan gitu low! Heuheuheuh. Di sini berkembang pada prinsip selanjutnya: hidup sederhana bukan berarti hidup kaya orang susah. Perempuan itu identik dengan keindahan, jadi adalah suatu hal yang wajar kalo perempuan punya baju banyak, tas banyak, jilbab banyak, sepatu banyak (uhuk...uhuk... ini pasti yang cowok protes, hueheheheh razz)... karena itu semua adalah bagian dari menghormati diri sendiri dan tidak mendholimi mata orang lain. Rachma yakin, walopun cowok kebanyakan suka protes-protes gak jelas kalo ada cewek suka belanja, pada dasarnya mereka suka ngeliat cewek berpakaian indah, rapih. Dan jangan menipu diri sendiri atuh cowok, everything has its own cost, you get what you pay for. Kalo ngerasa belum bisa beliin banyak barang, apalagi kalo harganya mahal, nyantai ajah... Allah mah gak akan mendholimi situ dengan menjodohkan dirimu ama cewek yang gak sekufu. Jadi nyantai weh, heheheheh... you get what you deserve razz.

- Senantiasa menghiasi diri dengan ilmu. Ini mah gak perlu dibahas panjang lebar lagi ya. You have to have both beauty and brain. Dan pada dasarnya semua perempuan itu cantik, jadi tinggal gimana cara menambah wawasan dan skill. Ini berkaitan juga dengan behavior dan attitude... karena beauty without manner is nothing.

- Berani menghadapi kenyataan, ngambil keputusan dan siap dengan segala konsekuensinya. Berkaca dari sekelumit kisah yang Rachma ceritain tadi, satu hal Rachma garis bawahi: ketegasan ngambil keputusan. Ntah apakah semua cewek pernah mengalami fase ini ato cuma Rachma aja gitu, hihihi. Saat itu, yang ada dalam pikiran Rachma adalah karena saking Rachma menghormati orang itu, jadi Rachma mempercayakan semua keputusan tuh di dia, bahkan ketika Rachma nyadar bahwa yang terjadi saat itu tuh udah gak sehat buat Rachma. Harusnya kan si sayah teh segera mengambil keputusan sendiri gitu yee, biar menderitanya kagak lama, heheheh,,, tapi dasar cewek... buat tegas tuh susah betul. Kadang karena alasan... si sayah ini teh takut menyakiti hati orang itu (hoalah, ini padahal yang menderitanya Rachma gitu loh, aneh-aneh wae, hihihi). Yah, tapi dari situ Rachma belajar banyak lah, kalo secara kasarnya mah seolah menerima tamparan dunia nyata... Wake up girl, you can't be that naive anymore. Berani menghadapi kenyataan ini penting, karena berkaitan erat dengan kejujuran, jujur pada diri sendiri, pada orang lain, pada lingkungan. Sangatlah menyedihkan, jika kita membiarkan diri hidup dalam kebohongan hanya karena takut menghadapi kenyataan. You simply have to grow up anyway, so face the truth, it's good for your soul mrgreen.

- Prepare your bright future. Seperti satu pepatah: 'hari esok ditentukan oleh hari ini'... jadi, optimalkan apapun yang dijalani sekarang (eheheheh,,, nyeramahin diri sendiri,,, paper Neng...paper kapan publish...). Jangan lupa juga untuk mengatur keuangan dengan baik, jangan belanja yang gak penting razz. Oya, ada dialog lucu ketika ngobrol sama seorang dosen kampus gajah, kurang lebih kaya gini:

d: Rachma tinggalnya di mana?
me: di YB
d: wah, tinggal di YB, single lagi. Nabungnya banyak dong, bisa sekian euro per bulan
me: iya
d: wah, itu bisa kebeli mobil, ini itu
me: (cuman 'heheheh' ajah)
d: enak banget ntar yang jadi suaminya, udah dapet doctor, tabungannya banyak, bla..bla..bla...
me: (kembali cuman 'heheheh', secara ngobrol ama dosen gitu loh)
d: mendingan uangnya dipake Ma. Jalan-jalan ke sini, ke situ
me: (kembali 'heheheh' sambil mikir... lha, beliau teh ngajarin gak bener, heuheuheuh)

Obrolan ini disusul obrolan ama temen, kurang lebih gini:
temen: Ayo Ma, nikah aja. Nunggu apalagi, udah punya ini itu, gak sekalian bikin rumah juga Ma?
me: Yeh, nikah juga mesti ada calonnya. Masa nyebar undangan terus calonnya pake tanda bintang masih dalam konfirmasi (sambil ketawa ngakak, da emang pengen ketawa razz)
t: udah ama si itu aja, masih single, baik lagi.
me: yey, single dan baik aja gak cukup, kan mesti ngeklik juga (keukeuh pokokna ama kata ngeklik mrgreen). Dan Rachma mah sudah ber-azzam gak akan menyalurkan tabungan buat bikin rumah sendiri. Enak betul ntar yang jadi suami Rachma. Ih, lagian aneh banget, masa cewek nyediain rumah.
t: Lha, ya gpp. Ya itu mah rezeki yang jadi suami Rachma atuh.
me: Ewww... tetep we aneh. (Saat ngebayangin itu Rachma merasa dunia seakan jadi terbalik, and it feels so weird)
t: Eh, kita lagi nyariin yang cocok buat Rachma. Tapi susah euy nyari tipe Rachma mah.
me: Hahahah, Rachma ge bingung tipe Rachma tuh kaya gimana, apalagi dirimuwh...

Karena obrolan satu dan lainnya tentu saja ada saat-saat di mana kerasa ragu untuk bener-bener mengelola keuangan... kadang karena mengkhawatirkan hal ini itu nu teu penting tea. Sampai pada suatu saat Rachma berpikir... uang yang ada di tangan Rachma ini adalah titipan, yang tentunya harus Rachma pergunakan sebijaksana mungkin. Kalau seandainya pengoptimalan uang itu sampai pada tahap 'scare men away' kaya yang dikhawatirkan Mama, that's the risk I have to take. Yang sebetulnya Rachma pun tau, gak semua cowok berpikiran sempit dan konservatif kok, so there's nothing to worry about. Dan Rachma pun sudah pada tahap memutuskan, bahwa seorang perempuan harus menyiapkan masa depannya sendiri, termasuk sisi finansial yang stabil. Tidak lantas dijadikan alasan untuk tinggi hati, melainkan untuk ,,, well, to survive wink.


Anyway, gambaran umum topik kali ini kira-kira kaya gitu... nantilah kalo ada ide lagi ditambahin poinnya, heheh. Nanti mah pengen ngebahas detail tiap kata sifat, misal... kata 'bahagia', ntar Rachma kembangin jadi satu postingan puanjaaang, mengarang indah ampe yang bacanya cape, hueheheheh. Dan ini mah dibahasnya juga subjektif ya dari pandangan Rachma... jadi kalo banyak hal yang kurang setuju, ya masa atuh dirimu teh mengharap Rachma berpikiran sama (dunia gak akan rame kalo kaya gitu razz). Dan sharing poin-poin ini tidak hanya penting bagi perempuan. Bagi laki-laki juga penting atuh, ntar kalo punya anak cewek kan mesti dibekalin wejangan juga.


Udahan dulu ah, ini udah masuk autumn, malam lebih panjang, jadi lebih mudah ngantuk...

blogger-emoticon.blogspot.com

Friday, 6 November 2009

A drama free world

When you feel your life stuck in reverse
Then it's time to move on
You are way too precious to be imprisoned alone in the corner
You are way too great to be left behind
You need to move
You need to move
You have to move on


Sebelum bercerewet ria di blog, Rachma mu ngenalin temen baru... sang Macbook. Jadi ini adalah post perdana via Macbook (halah berlebihan, heheh). Rachma belum bener-bener meng-eksplor Snow Leopardnya, jadi ya... gimana ya... malah pas pertama pake tuh kerasa gemes sendiri, soalnya udah biasa ama shortcut di windows kali ya. Udah gitu suka kebawa lagi kalo pake komputer di lab, serasa pake Mac... jadi ribet sendiri. Eniwei, Macbook ini sangat Rachma rekomendasikan... mrgreen.




Rachma mu nerusin acara sharing pengalaman liburan. Kenapa judulnya drama free world... hmm... karena kalo sebelumnya Rachma ngerasa Groningen ini serasa tempat OS penuh cobaan (hahahaha, lebay banget gak sih,,, hihihih), dan merasa bahwa Indonesia adalah obat dari segala penat yang ada (hahay,,, ), maka... mungkin Rachma harus menarik konklusi itu, menggantinya dengan yang baru. Yang betul adalah Groningen ini tempat berlibur, segala macem udah teratur, apa-apa udah terjamin, sedangkan Indonesia adalah dunia nyata, tempat di mana ... harus survive seoptimal mungkin.


Poin penting lainnya adalah,,, Rachma harus berhenti dan mejauhkan diri dari konklusi negatif. Misal gini, waktu Rachma ngedenger temen Rachma cerita bahwa pas Belanda datang ke Indonesia pertama kali, yang dateng tuh cowoknya aja, yang cewek mah dilarang karena dianggap iklim tropis tuh gahar. Saat itu, Rachma pun bergumam dalam hati sanubari... "manja banget sih cewek Belanda, masa kaya gitu aja dibilang ganas iklimnya". Contoh lain, kalo Rachma lagi nonton drama Korea, terus suka ada anak-anak orang kaya yang sama kecoa aja takut, mandi gak di shower aja rese, cape atau kepanasan dikit pake acara pingsan-pingsan segala, pokokna mah Rachma yang nontonnya gemes mes mes we lah. Kenapa Rachma harus berhenti berkonklusi negatif? Karena pas di Indo itu banyak hal yang jadi kaya hukum karma. Rachma gak kuat ama iklim tropis, amat sangat kaget kalo liat serangga... ampe teriak-teriak histeris ketakutan (secara di Groningen serangganya apa coba???), dan ngerasa gak nyaman mandi gak pake shower. That's the truth, tanpa ada maksud untuk bermanja-manja ria... kenyataan yang saat itu amat Rachma pikirkan,,, kenapa ya tingkat survival Rachma dalam ruang lingkup kehidupan Indonesia tampak melemah. Mau nyebrang aja Rachma bingung, ini lampu merahnya nyala juga tetep we banyak mobil berlalu lalang, padahal kalo di Groningen kan tinggal mencet tombol, tanda pejalan kaki hijau,,, udah deh jalan serasa milik sendiri. What's wrong with me then? Padahal dulu tuh Rachma boy-ish banget kegiatannya, dan seneng banget berpetualang di alam bebas penuh tantangan. Apa karena segitunya udah terbiasa dengan sesuatu yang memang sudah well-established?


Terlepas dari itu semua, ada hal sosial lain yang sepertinya Rachma lupakan. Misal gini, tau kan kalo update-an berita ibu-ibu itu sangat amazing. Sampe hal-hal yang private pun mereka tau, heuheu. Yang mau disoroti bukan di masalah boleh nggaknya bergosip. Cuman, ada hal yang Rachma garis bawahi, sebagai pendengar pasif yang kerjaannya cuma senyum-senyum aja (Rachma pasti mode pendiem seribu bahasa deh pokoknya kalo lagi ngumpul sama orang yang gak gitu deket, jadi kalo dirimu tidak Rachma anggap deket, dijamin selamat dari kecerewetan Rachma, peduli ge henteu atuh Rachma teh,,, heheheh razz )... eniwei, poin pentingnya adalah... semakin sering Rachma mendengar cerita behind the scene, semakin Rachma nyadar dunia itu seperti apa. Jadi kalo situ merasa sebagai orang suci yang gak pernah dengerin gosip, maka semakin dekatlah dirimu dengan kata "naif".


Terus Rachma mikir panjang... biasanya apa ya permasalahan yang Rachma hadapi, hmm... mungkin masalahnya itu:
- suka bete dan gak mood kalo ada percobaan gak berhasil. Udah gitu gak berhasilnya teh sering deuih. Jadi weh si sayah ini teh lieur, pening, dan ngerasa tertimpa bencana bertubi-tubi (hihihihi, liat coba... itu lebaynya udah level berapa razz )
- suka ngerasa lonely dan merasa hidup ini tidak fulfilled. Secara gawean di lab belum ada pencerahan, kadang Rachma ngerasa "useless", and that feeling is not funny at all
- bertanya pada dunia kapan Rachma akan bertemu dengan sang pangeran gentleman yang ngeklik di hati (hahahah, nulis ini ... ngg... lebay,,, heuheuheuh)
- longing to the time I get to buy Nikon D300S, diamond, luxury bag, or car (PhD aja belum kelar,,, tetep we eta teh kepikiran, hihihihi razz )
- keliling dunia, tapi pengen ama suami (tetep... razz )

Kalo boleh Rachma mencaci tuh poin-poin, maka sebenernya poin-poin itu tuh bukan masalah sama sekali, malah mirip drama. Kenapa Rachma bilang mencaci? Soalnya... hmmm,,, Itu hanyalah sebagian kecil dari realita hidup yang harus Rachma jalani. Liat kenyataan di Indonesia... jangan jauh-jauh deh, kampung Rachma aja. Sebagai seorang gadis desa (hihihi, serasa ngetik apa gitu ini teh, tapi tetep... Rachma bangga kok jadi orang desa... heheheh razz )... Rachma melihat kenyataan bahwa orang-orang itu begitu terfokus pada jalan gimana cari uang, gimana nyari kerja, gimana ngebiayain anak keluarga. Kagak ada tuh mereka punya waktu buat ngelamun poin-poin yang Rachma sebut tadi. Karena mereka mah masih riweuh menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan primer. Mungkin iya sih, tiap orang tuh punya permasalahan sendiri-sendiri. Sering denger kan kasus di mana ada orang kaya bergelimang harta tapi gak bahagia? Tapi kalo ngebandingin ama orang-orang yang masih sibuk nyari makan mah... Rachma dengan ini mengakui ,,, sepertinya komplen akan poin-poin di atas hanyalah pencerminan akhlak seorang makhluk tak tau diri, yang mestinya bersyukur sama apapun yang dimiliki, ini malah komplen ini itu. Mungkin kalo kaitannya ma kerjaan sekarang, Rachma melupakan satu prinsip: I take pride in anything I do, anything I say, anything I wear, anything I use, well... anything about me. Jadi kalo ternyata dunia PhD itu memang sering bikin sakit kepala, ya sudah terima nasib sajah, hihihi. I am proud to be the part of PhD world. Jadi sampai di sini... kesimpulan yang dapat diambil adalah jangan merendahkan diri sendiri dengan berprejudice negatif terhadap sesuatu, apalagi kalo sampai mengeluhkan hal-hal gak penting berbau drama.


Satu pembelaan: Rachma kan manusia... boleh dong berlemah-lemah ria. Pembelaan ini akan terbentur satu kalimat tegas dari temennya temen Rachma (hehe, second degree opinion): "apapun rasa sedih, rasa suntuk, rasa sakit, dan rasa-rasa lain yang bikin gak enak hati yang kamu alami itu TIDAK SPESIAL, karena setiap orang pun mengalaminya". Pas denger itu, huhuy, rada pedas kalimatnya, tidak spesial beibeh. Tapi, perkataan dia itu ada benernya. Misal gini, Rachma pernah ngerasa sakit hati yang amat sangat (tidak lebay, ini mah kenyataan), satu keadaan yang bikin hidup kerasa hampa dan gak bermakna. Lalu apakah Rachma menyesal? Eits, nggak dong, kan semua masa lalu itu, baik yang pahit maupun yang menyenangkan ... semuanya itu yang bikin Rachma kaya sekarang,,, the better me cool. Eh, walo ada ding kelintas.. "kenapa nyadarnya gak dari dulu...", hihihihi. Dan memang momen kesedihan yang Rachma alami itu tidak spesial, karena semua orang pun pasti pernah mengalami momen-momen seperti itu (situ gak pernah? Eh? Datar abis idupnya... gak gaul ya? heheh razz). Lucunya, kalo udah pernah nyampe level sedih/momen yang gimana gitu, ntar kalo ngadepin momen sedih lain-lainnya tuh udah ... ece-ece lah pokoknya, gak level! Hihihihi razz. Jadi kalo tiba-tiba satu waktu dirimu ngerasa lonely atau ngerasa sedih, atau ngerasa mumet,,, ya,,, Rachma juga pernah mengalaminya, yang lain juga pernah mengalaminya,,, dan tetep baik-baik aja kan? Hehehe.


Ada pengandaian yang baik ketika murabbi Rachma lagi nerangin Al-Qurán sebagai petunjuk bagi manusia. Beliau menganalogikan seperti kita beli barang elektronik baru, terus dapet kit-nya. Kita pun akan dengan senang hati mengikuti petunjuk yang ada di kit karena yang bikin tuh kit kan emang lebih tau tentang barang yang diproduksinya. Beliau menganalogikan Al-Qurán dengan kit tadi. Jadi, Rachma extend sedikit analoginya. Rachma menganalogikan kit tadi dengan qada dan qadar yang telah ditetapkan untuk seorang makhluk. Bahwa Allah, Sang Khalik, tentu saja lebih tau kita, makanya ngasih qada dan qadarnya pun spesial, gak sama antara satu manusia dengan manusia lainnya. Jadi, kagak usah mikir yang aneh-aneh, kagak usah meribetkan yang udah ada (toh masalahnya juga udah ribet kan? Ngapain dibikin tambah ribet? razz)... jalani saja hidup ini dengan baik, karena yakin... Allah itu lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya... (uhuk-uhuk,,,, serasa lagi ngasi ceramah razz).


Oh, tak lupa... liburan kemaren Rachma pakai untuk mencari informasi dalam rangka merealisasikan butik "Rachma cantik", xixixix razz. Sebenernya yang nyari infonya Mama sih, terus dibantu keluarga dan tetangga, hehehe. Inti dari plannya sih sederhana "menyediakan lapangan kerja". Dan Rachma juga mesti realistis atuh, gak mungkin langsung bikin industri kimia... uangnya dari manaaa (yah, itu ngawang-ngawang dua puluh tahun yang akan datang kali, hihihi). Jadi Rachma mikirin yang modal-modalnya masih di daerah 100an deh. Waktu dulu aja Rachma ngemodalin yang pertama, ya masih di bawah seratus, tapi itu teh baru bisa merekrut satu orang, dengan segala ups and downs-nya. Eniwei, Rachma pun ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang, lalu memfloorkan ide Rachma seperti ini:

- pengen ngerekrut banyak orang, karena Rachma nyadar, di daerah Rachma tuh banyak pengangguran
- sistemnya adalah pengaderan (ihihihi, maklum dulu di kampus lumayan nyemplung di kaderisasi), jadi tiap sub itu ada penanggungjawabnya, dan tiap periode tertentu masukkin orang baru yang dikader buat jadi ahli. Tujuannya, kalo yang sebelumnya ada masalah (mungkin mengundurkan diri, sakit, pindah alamat, de el el), tuh bisnis masih tetep jalan
- karena Rachma mah statusnya student, penghasilannya belum cukup untuk membeli sebongkah berlian (ahahahah nge-junk wae razz)... jadi dari awal pun akan dijelaskan, saat perekrutan diterangkan dengan sebenar-benarnya modal sustainabilitynya seperti apa. Kalo setuju, ya boleh jadi pegawai, kalo keberatan mah ya ndak usah toh Bu... Pak...
- dengan ini menyatakan bahwa kesejahteraan pegawai itu penting. Jadi profit mah belakangan. Yang diutamakan adalah bisnisnya established dulu, orang-orangnya seneng, kekeluargaan terjaga, toh keuntungan akan mengikuti. Ini juga Rachma tegaskan pas ngobrol-ngobrol ama keluarga. Kalo bisnis tuh jangan ngambil profit terlalu gede, ngambil profitnya dikit aja, tapi pelanggannya banyak... heheheh. Rachma pengennya sampai semua orang yang bergelut disitu merasakan kepemilikan, jadi kalo ada apa-apa tuh Rachma gak berjuang sendiri gitu (mana jauh deuih,,, heheheh)
- jangan menghalang-halangi orang lain maju. Jadi, in case tiba-tiba ada seorang ahli yang mengundurkan diri karena ingin memulai bisnis sendiri, just let him go. Rezeki mah gak akan ke mana.

Ide Rachma itu terbentur kenyataan (ya iya lah, namanya juga dunia nyata, heheheh mrgreen), setelah ngobrol-ngobrol seperti ini:

- Misal, yang akan difokuskan adalah industri jahit-menjahit. Katanya, ini ada dua jenis. Yang pertama adalah sistem produksi, artinya kita bikin dan kita jual sendiri. Yang kedua itu yang ngerjain order-an dari pabrik, per bajunya keuntungannya tentu lebih kecil, tapi jadinya gak usah mikirin hal-hal primer kaya pemotongan baju, pola, dsb, soalnya tinggal jahit aja. Setelah ngobrol ke sana ke mari, yang lebih memungkinkan adalah mengerjakan orderan dari pabrik, sampai industrinya bisa ngemodalin sendiri (artinya modal awal udah kembali), baru nanti ditambah ke produksi (artinya harus tau pasar). Di sini juga Rachma konklusikan bahwa yang direkrut adalah orang-orang yang memang sudah ahli, yang artinya perekrutan orang-orang yang memang masih mentah itu nunggu kalo industrinya udah stabil. Bapaknya sampai komentar gini, "Neng, emang bagus kalo mau beramal, tapi kan Neng tuh mau berbisnis, kalau dari awal udah masukkin orang yang belum pengalaman,,, bikin orderan gak tercapai kuotanya, terus bangkrut kan berabe juga"... hohoho, Rachma jadinya cuma senyum-senyum aja. Bapaknya juga bilang sih, katanya kalo dah maju, kerjaan yang ringan kaya masang kancing, bisa dikasiin ke ibu-ibu, yah lumayan kan mereka bisa ngerjain itu sambil nonton sinetron, heheheh. Ini katanya untuk menghindari cemburu sosial karena merasa gak kebagian untungnya (ah, kitu we lah, ini mah rule of society kayanya). Terus ada lagi, pas Bapaknya menganjurkan merekrut orang-orang yang sebetulnya mereka tuh lagi kerja di orang lain. Rachma dengan polosnya berkomentar, "Pak, jangan merekrut yang itu atuh, ntar kasian majikannya kalo pegawainya ditarik ke sini". Bapaknya langsung bilang sambil senyum-senyum, "Neng, di dunia bisnis itu berlaku penawaran dan koneksi, kan di sini kita nawarin, terserah pegawainya kan mau pindah atau nggak?". Duh, kok Rachma jadi serasa blank begitu soal dunia bisnis.... rolleyes
- Sarana dan prasarana, yang bikin otak Rachma bekerja keras mengoptimalkan dana, heheheh. Kalau pengerjaannya pengen cepet, maka yang dipilih adalah sistem "line", jadi satu mesin cuman ngerjain misal kerahnya aja, yang lain lengannya aja, etcetera. Untuk sistem itu, jumlah mesin yang diperlukan minimal sekitar 35, 32 mesin satu sepatu, 2 mesin dua sepatu, satu mesin obras. Huh? 35? Mu disimpen di mana? Ini sebenernya Rachma mu bikin apa sih? Pabrik? Kok jadi bingung sendiri ...blogger-emoticon.blogspot.com
- Satu mesin ngambil watt sekitar 100, itupun kalo dipasang... apa itu, pokokna mah alat apa gitu yang bikin wattnya jadi kecil. Biar safe, artinya Rachma harus masang beban listrik dua kalinya, jadi sekitar 7000 watt. Duh, ini mu bikin apa sih Neng...
- Cenah, untuk mesin di atas 20, itu udah masuk bentuk CV. Berarti Rachma harus ngurusin perizinan dan lain sebagainya kan itu? Karena yang Rachma tau, gak boleh kan rumah dijadiin tempat usaha? Anybody knows this kind of thing in more details? Mama sih udah nawarin tanah, walopun Rachma masih berkerut kening dan bertanya, "Mama, Rachma sebenernya mau bikin apa sih? Kok jadi tampak gede lingkupnya?". Mama Rachma langsung bercerewet ria, "ya iya, kalo udah maju kan begini begitu,,, bla,,, bla,, bla". Rieut dengernya.
- Untuk sistem produksi, Mama udah berdiskusi dengan salah satu tetangga yang kerjaannya ngurusin jeans. Cenah, yang paling penting dari jeans itu adalah cara pencucian, karena gak semua orang tau (kalo dirimu tau... bagi-bagi dong, hehehe). Terus cenah, mesin yang penting juga adalah setrika jeans, karena turut andil dalam menentukan warna akhir. Harganya lumayan bikin kepala pusing, mesin buat nempel tempat belt di ikat pinggang aja harganya sekitar 15 juta, yang setrika-setrika itu harganya 20 juta, terus mesin bordirnya (biar jeansnya gak plain) itu harganya 20 juta. Hoalah, nguras tabungan ini mah... heuheuheuheu *mode gak rela*. Oh, tak lupa, katanya logo jeansnya harus dipatenkan. Terus, Rachma juga kadang mikir... misal taruhlah Rachma menyetujui produksi jeans, terus... kan model jeans itu ada yang skinny, stretch, de es be. Terus, kalo liat abg-abg gitu kan suka pakenya tuh ama baju yang gimana gitu, rada-rada ngumbar aurat. Nah, itu kira-kira nanti di akhirat Rachma bakal diminta tanggung jawabnya juga gak ya? Duh, pening Rachma.
- Ini yang gak kalah penting: how am I supposed to pay the employee and maintain everything??? Cenah, kata Bapaknya harus ditarget berapa lama ingin balik modal, misal tiga bulan (Rachma mikir, cepet amat, itu realistis?). Bapaknya meng-encourage, "Neng kan yang punyanya, Neng yang harus nentuin targetnya berapa lama". Rachma mikir, meneketehe waktu realistisnya tuh berapa lama (hihihih, sekolah aja PhD, ngurusin kaya gini banyak meneketehenya mrgreen). Eniwei, cenah, pegawainya akan dibayar per jam bukan per potong bahan (Rachma asumsikan kecepatan ngejahit per jamnya konstan, heheh). Nantinya, sesudah modal balik, tuh bisnis akan bersifat independen, artinya berjalan dari apa yang diusahakan. Jadi, sangat penting untuk memisahkan kwh listrik yang dipakai dengan kwh rumah. Ya iyalah, kwh di rumah gak nyampe segitu razz. Kalo ada modal, lebih baik bikin bangunan terpisah (yeah right, more money).


Ya, kurang lebih obrolannya gitu. Satu hal yang pasti, everybody is an expert! Contohnya Bapak tadi, setelah malang melintang di dunia pertextile-an, beliau mafhum betul dengan seluk beluknya. Kagak ngaruh kan dulu dia pendidikannya nyampe mana. Tapi tentu saja, ini bukan jadi alasan untuk mendiskreditkan pendidikan. Just take pride in everything you do, and respect others as well. Mungkin si ibu ini ahli masak banget ya minta resep barangkali. Si itu expert-nya di bidang update-an berita, jadi kalo mau tau update-an lengkap, tinggal nanya dia aja, heheh (ini malah jadi kaya penyalahgunaan, heuheuh). Yah, pokoknya keep your friends close, and keep your enemies even closer blogger-emoticon.blogspot.com.


Hmm... kalo dulu di pelajaran IPS ada namanya repelita,,, nah, mungkin program repelita Rachma salah satunya adalah merealisasikan dan mengembangkan industri jahit-menjahit tadi. Rachma juga masih mikir-mikir solusinya optimumnya gimana, dan kalo memungkinkan pengennya tahun depan udah mulai. Yang berarti Rachma mesti nyiapin dana buat beli mesin, juga buat biaya maintenance alat dan gaji pegawai minimal 3-4 bulan (juga bersiteru dengan keinginan selfish beli kamera, tas dan tanah baru mrgreen). Hmm... mungkin beli mesinnya 19 dulu aja gitu, jadi belum masuk CV, hehehe. Oya, Rachma sharing ini... ya siapa tau ada yang terinspirasi dan bergerak lebih cepat dalam program penyediaan lapangan kerja wink. Yang jelas mah Rachma mikir, kalo pengen berbuat banyak buat masyarakat, mau tidak mau harus kaya, hahahahah. Well, of course not all things cost money, but most of them do mrgreen.


Ada mimpi lain yang pengen Rachma realisasikan, well... some other cool dreams. And my Mom worries a lot about that. She thinks that those might scare men away,,, nyahahahah... Mamahku... Mamahku... anakmu ini memang sudah keren dari sononya, jadi kalo ada efek-efek lain, ya nasib (heheh, narsis tetep... cool). Tapi temen Rachma juga sering ngingetin deng, ntar takutnya Rachma sibuk ngurusin hal-hal kaya gitu cenah, dikhawatirkan jadi melupakan hakikat nikah. Hihih, insya Allah nggak lah ya. Ngutip perkataan murabbi waktu ngebahas lima perkara sebelum lima perkara, beliau menambahkan yang ke-6: 'optimalkan masa lajang sebelum menikah'. Rachma pengen seize the day, live for this moment, live my life to the fullest. Ketika single Rachma bahagia, dan ketika sudah menikah pun insya Allah bahagia juga. Lagian, Rachma mah haqul yaqin kalo Allah tuh gak akan mendholimi Rachma. So,,, untuk apapun skenario hidup yang dijalani,,, let's be happy!


By the way, ada quote yang lumayan te-o-pe untuk direnungkan:

I watch the stars from my window sill
The whole world is moving and I'm standing still


-World Spins Madly On, the Weepies-

Popular Posts