Rachma suka banget liriknya, kata-katanya sederhana tapi dalem maknanya. Juga karena kurang lebih menggambarkan kondisi ruhiyah Rachma bulan-bulan kemaren ,,,
when I was so weak, lost, and lonely, hueheheh lebay
.
People say I am a strong person, go all the way, full of confidence, full of spirit, e te ce... e te ce. Kalo kata temen mah, batre Rachma adalah energizer... kekekek berlebihan. Tapi tentu saja adaaaa aja episode hidup yang mengingatkan bahwa Rachma adalah manusia biasa, ah lebih tepatnya ngingetin kalo Rachma adalah perempuan. Segimanapun Rachma terbiasa mengedepankan logika, ternyata ada satu saat di mana Rachma harus mengedepankan hati dan perasaan. Segimanapun independennya diri Rachma, tetap saja ada momen yang ngingetin... I need someone else to walk this life hand in hand.
Salah satu prinsip hidup yang melatarbelakangi sikap Rachma dalam beraktivitas adalah wejangan Papa Rachma. Kurang lebih intinya gini: "
pemimpin yang baik itu punya value di dalam dirinya, yang menampakkan wibawa dan harga diri. Ia menghormati setiap orang, siapa pun, seperti ia menghormati dirinya sendiri. Ia menolong orang lain selayaknya ia menolong dirinya sendiri. Ia memberi di kala senang maupun susah. Senyum ramah selalu menghiasi wajahnya. Tak peduli berapa banyak beban yang ada di pundaknya, ia tak pernah mengeluh. Tak peduli berapa banyak masalah yang dihadapinya, ia tidak akan menunjukkan wajah yang muram durja, melainkan selalu menampakkan perilaku sumringah, hangat. Ia mengedepankan kepentingan dan perasaan orang lain selayaknya ia memprioritaskan kepentingan dan perasaannya".
Waktu kecil sih suka mikir, kenapa ya Papa selalu mengingatkan Rachma bahwa
pemimpin tuh harus begini begitu, emangnya Rachma mu mimpin apaan?
. Tapi dasar anak kecil mah nurut-nurut aja kali yak, jadi tuh doktrin tertanam dengan kuatnya... heheheh. Untuk orang yang gak
neko-neko dan
nurut-nurut aja, barangkali prinsip di atas akan dengan mudah dilaksanakan. Tapi bagi Rachma yang keras kepala,
for sure there are a lot of things I have to adjust, a lot...
to the point that sometimes I push myself too hard.
Yang Rachma maksud dengan "push my self too hard" itu ketika:
- Konsep kejujuran. Praktek di lapangan ... Rachma berusaha sekuat tenaga untuk jujur sama orang, menyinkronkan ucapan dan perbuatan, menghindari kalimat ambigu, tapi satu hal yang dapet red flag adalah bidang "kejujuran pada diri sendiri". Terkadang, hanya untuk mengedepankan kepentingan orang lain, Rachma melupakan poin untuk jujur pada diri sendiri. Untuk jujur mengakui apa sebetulnya yang Rachma pengen, apa sebetulnya yang Rachma rasakan, yang sebenernya Rachma harapkan. Dan ini kalo dipaksakan tentunya jadi tidak sehat bagi perkembangan jiwa, hehehe.
- Berprasangka baik terhadap orang lain. Mungkin ada salah kaprah dalam kampanye "husnudhan pada orang lain". Ini pula yang sering Rachma pertanyakan dari terjemah bagian awal dari Q.S. Al Hujurat ayat 12: "
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa...". Rachma suka mikir, kenapa ya di situ disebutnya "prasangka", bukan "prasangka buruk". Seiring bertambahnya umur, Rachma jadi lebih ngeh... ternyata memang berprasangka baik pun harus hati-hati. Kalo mu amannya mah, jangan berprasangka aja sekalian, jangan nebak-nebak
. Ato kalo keukeuh pengen kampanye husnudhan, pakenya kalimat lengkap "senantiasa berhusnudhan, tapi tetep saja
common sense mesti dipake"
.
Pernah Rachma komentar ke adik Rachma,,, waktu dia cerita dapet banyak limpahan kerjaan dari temen-temennya. Saking dipercayanya, ampe mereka mah nggak ngerjain. Adik Rachma pun meureun pengen nerapin prinsip husnudhan, jadi berspekulasi ... mungkin temennya lagi sibuk ini itu jadi gak bisa ngerjain. Tibalah Rachma nyeletuk, "
kelakuan kaya gitu mah bukan menunjukkan kamu orang yang baik dan pengertian, tapi memperlihatkan kalo kamu adalah kaum terjajah" ... mohon maaf kalo terlalu jujur dan to the point...
. Pemahaman ini tentu saja membuat Rachma tau dan nyadar diri untuk tidak merepotkan orang lain selama masih bisa Rachma handle sendiri. Untuk hal-hal tertentu kadang ngerasa juga sih kaya dimanfaatin, di mana orang ngerasa sibuk sendiri padahal dia juga punya andil di situ (tolong ya, lebay banget kalo ampe ngerasa sebagai orang paling sibuk sedunia, please deh). Kadang suka mikir, mereka punya pride gak sih... nyuruh orang lain ngerjain terus tiba-tiba numpang nama numpang beken numpang keren. Bukannya kalo di pelajaran Biologi mah itu disebutnya
"benalu"? Eheheheh
... sorry if it is
too true.
Jadi, apakah gerangan yang terjadi pada hidup Rachma beberapa bulan yang lalu? Ehehehehe, pasti penasaran... ya kan? Ya kan?
. Berhubung Rachma teh udah umur dua lusin, jadi cerita di blognya lebih disensor... heheh. Yang akan dishare jadinya makna-maknanya sajah (walo tetep we nge-junk wae, hahah
). Ini teh harusnya kisah sedih gitu sih, tapi ntah kenapa bawaannya pengen ketawa mulu, heuheuh. Intinya sih... demi berusaha menjaga kepentingan beberapa orang, Rachma harus sekuat tenaga bertingkah laku
as graceful as I can be. Karena satu dan lain hal, kebetulan kondisi psikologi Rachma tidak mendukung untuk mempraktekan prinsip "pemimpin yang baik" wejangan Papa. Dan ntah apa yang menjadi kekuatan, Rachma pun memaksakan diri, push my self too hard tea lah, ampe bener-bener
feeling lost and empty. Satu ato dua kali kesempatan masih bisa dihandle, tapi ini... kebetulan skenario hidup Rachma menggariskan Rachma menghadapi dilema itu lebih dari satu kali dalam jangka waktu yang sangat panjang. If only I am allowed to scream, I want to scream out loudly: screw them!
...
Abis itu ngerasa bersalah karena inget bahwa nabi pun menyunahkan memperlakukan setiap umat muslim dengan cara yang sama, apa pun keadaannya... Ah, to understand that sometimes life can be that complicated, I suddenly feel afraid of many things, and wish dearly that God will send me a husband right away, hihihihih.
Momen yang memaksa Rachma untuk beneran bertapa? Hmm... itu ketika Rachma lagi mikir solusinya. Jadi, demi bisa berperilaku objektif dan logis... Rachma jadi sering mematikan semua bentuk emosi (and this is my mistake, don't ever fool your own emotion!!!). Asli Rachma berusaha sekuat tenaga untuk selalu sumringah ngadepin ini. Tapi tetap sajah, udahannya teh suka ngerasa gak enak hati. It's just... you know... weird, just weird. Pas lagi mikir solusi untuk mengenyahkan perasaan
weird tadi baru deh kerasa banget nyesek di dada, sampe tiba-tiba air mata Rachma keluar dengan sendirinya. Bukan bermaksud lebay, tapi tuh air mata beneran jatuh dengan derasnya, huehehehe. Dan yang anehnya, pas tuh air mata berjatuhan pun, otak Rachma masih dipusingkan nyari solusi, dan ngerasa tidak sedang sedih.
How can I cry while not being sad? Itulah pertanyaan utama yang akhirnya membawa Rachma pada bisikan-bisikan berikut:
- Karena terlalu seringnya emosi Rachma di-supress, jadi tidak sinkron begitu antara air mata dan perasaan... so jangan pernah-pernah lagi bohong ama emosi sendiri. Gak usah memaksakan diri untuk kuat, gak akan didenda kok kalo gak kuat juga (hahah, undang-undang baru
)
- Karena seringnya emosi ditekan, Rachma jadi serasa robot berjalan. Dan itu kerasa banget ..."aneh". I am happy with my life, but it's just... weird. So please... please let your true emotion talk.
- Yang ini baru bikin Rachma nangis karena sedih, kelintas...
apa Rachma harus segitu jauhnya menolerir perasaan orang lain? Sampai harus menekan perasaan sendiri? Sampai harus memperlakukan diri sendiri kaya robot tanpa emosi? Kenapa Rachma membiarkan perasaan dan nurani sendiri terjajah? Kenapa Rachma mengizinkan mereka memporakporandakan tatanan emosi dan kesehatan jiwa Rachma? Kenapa Rachma tidak memanusiakan diri Rachma sendiri?
Biasanya... kalo pikiran-pikiran gitu udah mulai berdatangan... Rachma suka menghibur diri, misal dengan bilang:
Rachma, gimana kalo sedihnya ternyata sama Allah diganti ama surga... kan asik tuh... Sedih kan paling berapa lama, ntar juga bahagia lagi, kalo ridha Allah mah pan rada tricky. Tapi, karena udah nyampe batas limit kali yak, tuh doktrin jadi gak mempan, tetep we Rachma sedih dan nangis,,, hueheheheh
. It was really bad, beneran lonely and lost lah eta mah
. Sedihnya tuh beda ama sedih kalo patah hati (ahahahah
).
Jadilah Rachma pun saat itu memutuskan untuk bertapa, fokus untuk me-recover kesehatan jiwa. The sorrow has to end, as quickly as possible.
Dalam masa bertapa pun, Rachma putuskan untuk memperkaya khazanah diri. Melakukan banyak kegiatan yang Rachma suka, yang bikin hidup lebih excited. Jadi lebih sering hang out ama temen. Yang tadinya lebih seneng belanja online, jadinya maksain diri 'melihat dunia' menyusuri centrum. Sering banget keluar housing, berkunjung ke sana sini. Pokoknya mah keluar dari comfort zone we lah, melihat dunia
. Dan dari hasil jalan-jalan berkunjung ke sana ke mari, sharing cerita ini itu, Rachma dapet banyak sekali pencerahan [jadi catat, bergosip tidak selamanya jelek, heheheh... da ieu mah gosipna ge menggosipkan diri masing-masing, heuheuh]. Intinya mah, jangan pernah ngerasa sedih sendiri, banyak kok yang kisah hidupnya lebih parah... eheuheuheuh dan mereka survive-survive aja, jadi lebih kuat malah... jadi, tetap semangat ajah!
. Kebetulan juga materi mentoring berhubungan erat dengan proses recovery jiwa ini, jadinya semua mendukung pemulihan lebih cepat. Tak lupa juga berdo'a Rachma per-khusyu. Istilahnya mah Rachma udah nyerahin semua sama Allah aja, udah gak kuat soalnya, udah rela mu skenarionya gimana-gimana juga... Rachma udah ngerasa masalah yang dihadapi teh udah out of reach, kalo nyerah tea mah udah nyerah, terserah Allah aja ini mah hidup mu dibawa ke mana (heheheh, maaf lebay, tapi emang waktu itu yang Rachma rasain ya kaya gitu).
Ada perkataan yang menghibur pas Rachma lagi mendengar kisah seorang Mbak di sini, yaitu pas beliau bilang: "
janji Allah itu selalu benar. Setelah mengalami masa-masa sulit, Allah pasti akan menghadiahkan penggembira.
Jadi bersabarlah, dan yakin Allah memberikan segala hal yang terbaik". Sebenernya sih kalimat itu udah sering Rachma denger, tapi karena Mbaknya cerita pake contoh kisahnya sendiri, jadi lebih kerasa efeknya
. Pas denger kisahnya, Rachma jadi ngerasa... duh, yang Rachma alamin tuh masih ece-ece kalo dibandingin ma kisah beliau. Apalagi pas Mbaknya nanya: "
Umurnya berapa?" terus Rachma jawah 24. Mbaknya langsung teriak:
"Waduuh, masih hijaaaaau. Masih muda banget. Nyantai aja". Rachma langsung ngerasa malu gitu, kesannya dengan masalah ece-ece gitu aja udah ngerasa gimana gitu, padahal ada yang kisahnya jauh jauh lebih advanced beratnya. Tibalah juga keingetan banyak hal, nikmat-nikmat yang udah Allah anugerahkan buat Rachma. Itu mah langsung deh, dunia cerah ceria. Beban serasa diangkat, serasa plooooong banget. Hari-hari jadi kerasa banget exciting. Pokokna mah jadi sumringah asli.
Life is wonderful... I am looking forward to each surprise that God has already prepared for me .Hohoh, panjang deui ini nulisnya. Padahal tadinya cuman buat inisiasi nyari inspirasi buat nulis diari dG... Artikelnya belum jadi, malah nge-update blog, hehehe.
Well everybody,,, I would like to say... please love your self, love your life, love your family, love your friends. Please cherish every moment, the good and the bad ones. Please be grateful for whatever comes and goes, don't ever lose hope. Please keep cheerful, have faith, and be happy. Don't hold back that nice smile you have, 'cause you never know who is falling in love with that smile you hide ... huehehehe.
Stay bright and keep smiling!